Path: Top > Electronics Clipping > ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI > KIMIA, LINGKUNGAN & ENERGI
Iptek Harus Proporsional: Pada Kasus SUTET dan Formalin Liputan TV Terjebak Fakta Dangkal
Clipping from JBPTPPOLBAN / 2013-12-16 14:03:02
Oleh : (NAR), POLBAN
Dibuat : 2006-02-08, dengan 0 file
Keyword : SUTET, formalin, media massa
JAKARTA, KOMPAS - Guna menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, media massa mestinya mendudukkan perkara secara proporsional. Pada sejumlah kasus, televisi cenderung menyiarkan fakta permukaan daripada menggali data yang dapat menginspirasi masyarakat.
Dalam sebuah diskusi penyiaran Iptek di Jakarta, Senin (6/2), kasus saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dan penggunaan formalin pada bahan pangan akhir-akhir ini menjadi contoh betapa tidak proporsionalnya liputan media massa terutama televisi.
Effendi Gazali, peneliti komunikasi dari Universitas Indonesia dalam Forum Group Discussion tersebut menuturkan, pada kasus formalin, televisi lebih cenderung menyiarkan fakta-fakta penggunaan formalin pada bahan makanan berikut bahayanya tanpa mengimbanginya dengan mengangkat solusi pemecahan.
Mestinya, kata Effendi, pada saat yang sama, televisi juga memperkenalkan bahan-bahan pengawet makanan yang aman seperti citosan. "Lebih arif lagi jika masyarakat diinfokan bagaimana cara memperoleh citosan" ujar Effendi.
Diskusi yang juga menampilkan Dewi Odjar Ratna Komala (dari Kementerian Ristek) dan Zsa Zsa Yusharyahya (Metro TV) tersebut menyoroti pula aksi jahit mulult para warga di sekitar SUTET sebagai bentuk penolakan terhadap peranti teknologi tersebut. Jika liputan media massa terjebak pada fakta-fakta di permukaan, tanpa menggali aspek ilmiah SUTET, maka dikhawatirkan timbul kontraproduktif dalam mengangkat martabat dan budaya bangsa melalui Iptek.
Berisiko kesehatan
Secara terpisah Dr.dr.Anies dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang pernah meneliti pengaruh SUTET terhadap kesehatan warga di wilayah Pekalongan, Pemalang, dan Tegal (pantai Utara Jawa Tengah) mengungkapkan bahwa medan elektromagnetik berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Risiko itu akan dialami oleh orang yang terpajan oleh medan listrik dan medan magnet listrik di atas nilai ambang batas.
Anies yang juga dosen magister ilmu lingkungan hidup Undip menegaskan "Risiko electrical sensitivity pada penduduk yang tinggal di bawah SUTET 5,8 kali lebih besar daripada yang tidak tinggal di bawah SUTET."
Responden Anies adalah warga yang bermukim radius 25 meterkiri-kanan jalur SUTET. Ia menjelaskan, kecenderungan electrical sensitivity merupakan masalah kesehatan masyarakat akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik. Problem yang dimaksud berupa gangguan fisiologis, ditandai dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan terhadap medan elektromagnetik.
Meski demikian, menurut Anies, pajanan medan elektromagnetik bukan hanya berasal dari SUTET. Peralatan elektronik di rumah tangga, kantor maupun industri juga berisiko sama.
Ia menguraikan, penggunaan telepon seluler serta microwave ovens yang sangat membantu pekerjaan di dapur, juga merupakan contoh sumber radiasi elektromagnetik gelombang radio.
"Potensi radiasi tersebut semakin besar, mengingat penggunaan telepon seluler telah demikian luas, termasuk tiang pemancar radio yang tidak disadari masyarakat" katanya.
JAKARTA, KOMPAS - Guna menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi, media massa mestinya mendudukkan perkara secara proporsional. Pada sejumlah kasus, televisi cenderung menyiarkan fakta permukaan daripada menggali data yang dapat menginspirasi masyarakat.
Dalam sebuah diskusi penyiaran Iptek di Jakarta, Senin (6/2), kasus saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dan penggunaan formalin pada bahan pangan akhir-akhir ini menjadi contoh betapa tidak proporsionalnya liputan media massa terutama televisi.
Effendi Gazali, peneliti komunikasi dari Universitas Indonesia dalam Forum Group Discussion tersebut menuturkan, pada kasus formalin, televisi lebih cenderung menyiarkan fakta-fakta penggunaan formalin pada bahan makanan berikut bahayanya tanpa mengimbanginya dengan mengangkat solusi pemecahan.
Mestinya, kata Effendi, pada saat yang sama, televisi juga memperkenalkan bahan-bahan pengawet makanan yang aman seperti citosan. "Lebih arif lagi jika masyarakat diinfokan bagaimana cara memperoleh citosan" ujar Effendi.
Diskusi yang juga menampilkan Dewi Odjar Ratna Komala (dari Kementerian Ristek) dan Zsa Zsa Yusharyahya (Metro TV) tersebut menyoroti pula aksi jahit mulult para warga di sekitar SUTET sebagai bentuk penolakan terhadap peranti teknologi tersebut. Jika liputan media massa terjebak pada fakta-fakta di permukaan, tanpa menggali aspek ilmiah SUTET, maka dikhawatirkan timbul kontraproduktif dalam mengangkat martabat dan budaya bangsa melalui Iptek.
Berisiko kesehatan
Secara terpisah Dr.dr.Anies dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang pernah meneliti pengaruh SUTET terhadap kesehatan warga di wilayah Pekalongan, Pemalang, dan Tegal (pantai Utara Jawa Tengah) mengungkapkan bahwa medan elektromagnetik berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. Risiko itu akan dialami oleh orang yang terpajan oleh medan listrik dan medan magnet listrik di atas nilai ambang batas.
Anies yang juga dosen magister ilmu lingkungan hidup Undip menegaskan "Risiko electrical sensitivity pada penduduk yang tinggal di bawah SUTET 5,8 kali lebih besar daripada yang tidak tinggal di bawah SUTET."
Responden Anies adalah warga yang bermukim radius 25 meterkiri-kanan jalur SUTET. Ia menjelaskan, kecenderungan electrical sensitivity merupakan masalah kesehatan masyarakat akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik. Problem yang dimaksud berupa gangguan fisiologis, ditandai dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan terhadap medan elektromagnetik.
Meski demikian, menurut Anies, pajanan medan elektromagnetik bukan hanya berasal dari SUTET. Peralatan elektronik di rumah tangga, kantor maupun industri juga berisiko sama.
Ia menguraikan, penggunaan telepon seluler serta microwave ovens yang sangat membantu pekerjaan di dapur, juga merupakan contoh sumber radiasi elektromagnetik gelombang radio.
"Potensi radiasi tersebut semakin besar, mengingat penggunaan telepon seluler telah demikian luas, termasuk tiang pemancar radio yang tidak disadari masyarakat" katanya.
Beri Komentar ?#(0) | Bookmark
Properti | Nilai Properti |
---|---|
ID Publisher | JBPTPPOLBAN |
Organisasi | POLBAN |
Nama Kontak | Erlin Arvelina |
Alamat | Jl. Trsn. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga |
Kota | Bandung |
Daerah | Jawa Barat |
Negara | Indonesia |
Telepon | 022 201 3789 ext. 168, 169, 239 |
Fax | 022 201 3889 |
E-mail Administrator | erlin.arvelina@polban.ac.id |
E-mail CKO | erlin.arvelina@polban.ac.id |