Path: Top > Electronics Clipping > ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI > ELEKTRONIKA, TELEKOMUNIKASI & LISTRIK
PLN Khawatirkan Pasokan Batu Bara
Clipping from JBPTPPOLBAN / 2013-12-16 14:01:28
Oleh : (DAY/OSA) , POLBAN
Dibuat : 2006-04-04, dengan 0 file
Keyword : batu bara, pembangkit-pembangkit listrik bertenaga uap
JAKARTA, KOMPAS - PT PLN (persero) mengkhawatirkan kesiapan pasokan batu bara untuk mendukung pengembangan pembangkit-pembangkit listrik bertenaga uap. Kebutuhan batu bara untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dalam penyediaan listrik diperhitungkan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2010.
Direktur Transmisi dan Jaringan PLN Herman Darnel Ibrahim mengemukakan. kekhawatiran itu dalam sebuah forum diskusi di Jakarta, Rabu (29/3). Menurut Herman, perencanaan penyediaan tenaga listrik hingga tahun 2010 yang sudah disusun belum memuat pemetaan dan kepastian ketersediaan pasokan batu bara.
PLN semula merencanakan penambahan pembangkit bertenaga 15.000 megawatt (MW) sampai dengan tahun 2010, sekitar 7.000 MW di antaranya dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Namun, pemerintah meminta PLN mengganti sebagian kebutuhan gas untuk pembangkitan listrik sehingga sekitar 11.000 MW listrik diharapkan dapat dihasilkan dari PLTU.
Pasokan bertambah
Dengan penambahan kebutuhan batu bara untuk pasokan listrik yang sekarang berkisar 30 juta ton per tahun akan bertambah menjadi 60 juta ton per tahun pada 2010, dan 90 juta ton per tahun pada 2015. Penjualan listrik diasumsikan mencapai 250 miliar kilowatt hour (kWh) per tahun pada 2015, sekitar 175 miliar kWh per tahun di antaranya diperoleh dari PLTU.
"Dalam membuat perencanaan ini kami belum mendapat masukan tentang ketersediaan batu bara. Ini kami asumsikan saja dengan mengacu pada kebijakan energi nasional. Sebenarnya sebelum membangun PLTU kami perlu memastikan dulu kesiapan pasokannya. Kami khawatir, jangan-jangan hambatannya malah dari ketersediaan batu bara, baik dari investasi tambang, maupun angkutan batu bara," kata Herman menjelaskan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Soedjoko TS mengatakan, pemerintah perlu segera mewajibkan pelaku usaha pertambangan batu bara menyalurkan sebagian hasil produksi untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
Di Indonesia sekitar 70 persen produksi batu bara diekspor. "Padahal di negara-negara produsen batu bara terbesar, seperti Australia dan China, mayoritas listrik dihasilkan dari batu bara, dan hanya segelintir negara produsen yang mengekspor batu bara," kata Soedjoko. Cadangan batu bara Indonesia tercatat sebesar 6,98 miliar ton, tidak berubah sejak 1993. Nilai cadangan ini hanya berkisar 11 persen dari potensi sumber daya batu bara dunia. Padahal, produksi batu bara yang pada tahun 1994 tercatat 31,7 juta ton per tahun, meningkat menjadi 132,4 juta ton per tahun pada tahun 2004.
Kepastian pasokan gas
Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal Asaki Zulfikar Lukman mengatakan, kalangan pengusaha keramik yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) meminta dukungan Departemen Perindustrian soal kepastian pasokan gas dari yang di distribusikan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Hal ini diajukan karena kontrak jual-beli penyaluran gas merugikan industri keramik.
Perjanjian kontrak jual-beli itu kurang mengedepankan asas keadilan. Kenaikan harga gas yang direncanakan mulai berlaku pada 1 April mendatang, secara rill tidak disertai jaminan penyaluran gas yang mencakup volume, khususnya tekanan pasokan gas.***
JAKARTA, KOMPAS - PT PLN (persero) mengkhawatirkan kesiapan pasokan batu bara untuk mendukung pengembangan pembangkit-pembangkit listrik bertenaga uap. Kebutuhan batu bara untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dalam penyediaan listrik diperhitungkan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2010.
Direktur Transmisi dan Jaringan PLN Herman Darnel Ibrahim mengemukakan. kekhawatiran itu dalam sebuah forum diskusi di Jakarta, Rabu (29/3). Menurut Herman, perencanaan penyediaan tenaga listrik hingga tahun 2010 yang sudah disusun belum memuat pemetaan dan kepastian ketersediaan pasokan batu bara.
PLN semula merencanakan penambahan pembangkit bertenaga 15.000 megawatt (MW) sampai dengan tahun 2010, sekitar 7.000 MW di antaranya dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Namun, pemerintah meminta PLN mengganti sebagian kebutuhan gas untuk pembangkitan listrik sehingga sekitar 11.000 MW listrik diharapkan dapat dihasilkan dari PLTU.
Pasokan bertambah
Dengan penambahan kebutuhan batu bara untuk pasokan listrik yang sekarang berkisar 30 juta ton per tahun akan bertambah menjadi 60 juta ton per tahun pada 2010, dan 90 juta ton per tahun pada 2015. Penjualan listrik diasumsikan mencapai 250 miliar kilowatt hour (kWh) per tahun pada 2015, sekitar 175 miliar kWh per tahun di antaranya diperoleh dari PLTU.
"Dalam membuat perencanaan ini kami belum mendapat masukan tentang ketersediaan batu bara. Ini kami asumsikan saja dengan mengacu pada kebijakan energi nasional. Sebenarnya sebelum membangun PLTU kami perlu memastikan dulu kesiapan pasokannya. Kami khawatir, jangan-jangan hambatannya malah dari ketersediaan batu bara, baik dari investasi tambang, maupun angkutan batu bara," kata Herman menjelaskan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Soedjoko TS mengatakan, pemerintah perlu segera mewajibkan pelaku usaha pertambangan batu bara menyalurkan sebagian hasil produksi untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
Di Indonesia sekitar 70 persen produksi batu bara diekspor. "Padahal di negara-negara produsen batu bara terbesar, seperti Australia dan China, mayoritas listrik dihasilkan dari batu bara, dan hanya segelintir negara produsen yang mengekspor batu bara," kata Soedjoko. Cadangan batu bara Indonesia tercatat sebesar 6,98 miliar ton, tidak berubah sejak 1993. Nilai cadangan ini hanya berkisar 11 persen dari potensi sumber daya batu bara dunia. Padahal, produksi batu bara yang pada tahun 1994 tercatat 31,7 juta ton per tahun, meningkat menjadi 132,4 juta ton per tahun pada tahun 2004.
Kepastian pasokan gas
Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal Asaki Zulfikar Lukman mengatakan, kalangan pengusaha keramik yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) meminta dukungan Departemen Perindustrian soal kepastian pasokan gas dari yang di distribusikan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Hal ini diajukan karena kontrak jual-beli penyaluran gas merugikan industri keramik.
Perjanjian kontrak jual-beli itu kurang mengedepankan asas keadilan. Kenaikan harga gas yang direncanakan mulai berlaku pada 1 April mendatang, secara rill tidak disertai jaminan penyaluran gas yang mencakup volume, khususnya tekanan pasokan gas.***
Beri Komentar ?#(0) | Bookmark
Properti | Nilai Properti |
---|---|
ID Publisher | JBPTPPOLBAN |
Organisasi | POLBAN |
Nama Kontak | Erlin Arvelina |
Alamat | Jl. Trsn. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga |
Kota | Bandung |
Daerah | Jawa Barat |
Negara | Indonesia |
Telepon | 022 201 3789 ext. 168, 169, 239 |
Fax | 022 201 3889 |
E-mail Administrator | erlin.arvelina@polban.ac.id |
E-mail CKO | erlin.arvelina@polban.ac.id |
Print ...
Kontributor...
- Editor: