Path: Top > Electronics Clipping > ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI > KIMIA, LINGKUNGAN & ENERGI

69 Perusahaan Tekstil Beralih ke Batubara

BISNIS INDONESIA, Senin, 27 Februari 2006, Hal.T7
Clipping from JBPTPPOLBAN / 2013-12-16 14:03:02
Oleh : Rahayu Ningsih, POLBAN
Dibuat : 2006-03-01, dengan 0 file

Keyword : Batu bara

BANDUNG: Sebanyak 69 perusahaan tekstil di Bandung kini beralih ke energi alternatif batu bara sebagai upaya menekan beban biaya produksi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).



Pada satu sisi langkah ini dianggap positif karena mampu mengurangi konsumsi BBM di dalam negeri, namun di sisi lain dikhawatirkan akan menimbulkan pencemaran lingkungan mengingat limbah yang dihasilkan mencapai 10.000 ton per bulan dengan volume kebutuhan batu bara sebesar 125.000 ton per bulan.



Untuk itulah Depperin dan Kementerian Lingkungan Hidup melakukan kerja sama untuk mengatasi masalah dampak lingkungan dari penggunaan batu bara dengan melibatkan industri semen sebagai pengguna dari limbah yang dihasilkan.



Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Depperin Anshari Bukhari mengatakan berdasarkan data Departemen Perindustrian, dari sekitar 2.656 unit perusahaan tekstil, mulai dari skala menengah dan besar, sekitar 40,31% di antaranya atau sekitar 1.070 unit usaha berlokasi di Jawa Barat.
"Penggunaan batu bara dapat mengurangi biaya energi di industri TPT hingga 50% dibandingkan menggunakan energi bahan bakar minyak, sehingga dapat meningkatkan daya saing industri di tengah meningkatnya biaya produksi," paparnya seusai penandatanganan kerja sama penanganan dan pemanfaatan limbah batu bara pada industri tekstil, akhir pekan lalu.



Berdasarkan catatan Bisnis, untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap berbahan baku batu bara membutuhkan investasi Rp300 miliar dengan kemampuan produksi listrik sebesar 30 Mega Watt. Investasi itu diperkirakan dapat kembali hanya dalam beberapa tahun. Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan kebijakan pemerintah yang mendorong industri untuk menggunakan energi altenatif, khususnya batu bara, mengharuskan instansinya untuk meningkatkan pengawasan.



Dia menjelaskan meningkatnya volume dan kondisi limbah yang dihasilkan menjadi salah satu kendala yang dihadapi industri TPT dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
"Karena itu kami bekerjasama dengan Depperin berupaya mensosialisasikan penggunaan batu bara tersebut sebagai bahan bakar dan pemakaian filter pada industri semen serta penggunaan lainnya," ujarnya.



Dia menjelaskan pada saat ini sudah ada sebanyak 69 perusahaan TPT yang memanfaatkan batu bara dengan volume limbah yang dihasilkan sekitar 10.000 ton per bulan. Dalam hal ini beberapa perusahaan semen telah menyatakan kesedianya untuk memanfaatkan limbah tersebut sebagai bahan baku.




Izin penyimpanan




Rachmat mengatakan pihaknya telah memberikan izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 kepada beberapa perusahaan TPT, PT Holcim Indonesia dan PT Indocement.



Direktur Legal dan Korporasi PT Holcim Indonesia Tbk Jannus Hutapea mengatakan pihaknya telah mendapat izin untuk mengelola sekitar 1.500 ton per bulan limbah B3 yang dihasilkan perusahaan TPT dari penggunaan batu bara tersebut.



Limbah batu bara yang mengandung mineral Si02 dapat dijadikan sebagai pengganti pasir silica untuk bahan baku pembuatan semen. Pasir jenis ini saat ini sebagian besar masih diimpor. Menurut Jannus, pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah ini sangat umum digunakan oleh pabrik-pabrik semen di beberapa negara yang memiliki standar lingkungan tinggi seperti Amerika Serikat, Italia, Australia, Selandia Baru dan Jepang.***

Deskripsi Alternatif :

BANDUNG: Sebanyak 69 perusahaan tekstil di Bandung kini beralih ke energi alternatif batu bara sebagai upaya menekan beban biaya produksi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).



Pada satu sisi langkah ini dianggap positif karena mampu mengurangi konsumsi BBM di dalam negeri, namun di sisi lain dikhawatirkan akan menimbulkan pencemaran lingkungan mengingat limbah yang dihasilkan mencapai 10.000 ton per bulan dengan volume kebutuhan batu bara sebesar 125.000 ton per bulan.



Untuk itulah Depperin dan Kementerian Lingkungan Hidup melakukan kerja sama untuk mengatasi masalah dampak lingkungan dari penggunaan batu bara dengan melibatkan industri semen sebagai pengguna dari limbah yang dihasilkan.



Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Depperin Anshari Bukhari mengatakan berdasarkan data Departemen Perindustrian, dari sekitar 2.656 unit perusahaan tekstil, mulai dari skala menengah dan besar, sekitar 40,31% di antaranya atau sekitar 1.070 unit usaha berlokasi di Jawa Barat.
"Penggunaan batu bara dapat mengurangi biaya energi di industri TPT hingga 50% dibandingkan menggunakan energi bahan bakar minyak, sehingga dapat meningkatkan daya saing industri di tengah meningkatnya biaya produksi," paparnya seusai penandatanganan kerja sama penanganan dan pemanfaatan limbah batu bara pada industri tekstil, akhir pekan lalu.



Berdasarkan catatan Bisnis, untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap berbahan baku batu bara membutuhkan investasi Rp300 miliar dengan kemampuan produksi listrik sebesar 30 Mega Watt. Investasi itu diperkirakan dapat kembali hanya dalam beberapa tahun. Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan kebijakan pemerintah yang mendorong industri untuk menggunakan energi altenatif, khususnya batu bara, mengharuskan instansinya untuk meningkatkan pengawasan.



Dia menjelaskan meningkatnya volume dan kondisi limbah yang dihasilkan menjadi salah satu kendala yang dihadapi industri TPT dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
"Karena itu kami bekerjasama dengan Depperin berupaya mensosialisasikan penggunaan batu bara tersebut sebagai bahan bakar dan pemakaian filter pada industri semen serta penggunaan lainnya," ujarnya.



Dia menjelaskan pada saat ini sudah ada sebanyak 69 perusahaan TPT yang memanfaatkan batu bara dengan volume limbah yang dihasilkan sekitar 10.000 ton per bulan. Dalam hal ini beberapa perusahaan semen telah menyatakan kesedianya untuk memanfaatkan limbah tersebut sebagai bahan baku.




Izin penyimpanan




Rachmat mengatakan pihaknya telah memberikan izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 kepada beberapa perusahaan TPT, PT Holcim Indonesia dan PT Indocement.



Direktur Legal dan Korporasi PT Holcim Indonesia Tbk Jannus Hutapea mengatakan pihaknya telah mendapat izin untuk mengelola sekitar 1.500 ton per bulan limbah B3 yang dihasilkan perusahaan TPT dari penggunaan batu bara tersebut.



Limbah batu bara yang mengandung mineral Si02 dapat dijadikan sebagai pengganti pasir silica untuk bahan baku pembuatan semen. Pasir jenis ini saat ini sebagian besar masih diimpor. Menurut Jannus, pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah ini sangat umum digunakan oleh pabrik-pabrik semen di beberapa negara yang memiliki standar lingkungan tinggi seperti Amerika Serikat, Italia, Australia, Selandia Baru dan Jepang.***

Beri Komentar ?#(2) | Bookmark

PropertiNilai Properti
ID PublisherJBPTPPOLBAN
OrganisasiPOLBAN
Nama KontakErlin Arvelina
AlamatJl. Trsn. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga
KotaBandung
DaerahJawa Barat
NegaraIndonesia
Telepon022 201 3789 ext. 168, 169, 239
Fax022 201 3889
E-mail Administratorerlin.arvelina@polban.ac.id
E-mail CKOerlin.arvelina@polban.ac.id

Print ...

Kontributor...

  • Editor: