Path: Top > Electronics Clipping > BISNIS DAN EKONOMI
Kredit tumbuh Rp 14 triliun:Penurunan ATMR dongkrak CAR BRI
Clipping from JBPTPPOLBAN / 2013-12-16 13:46:07
Oleh : (redaksibisnisindonesia_09), POLBAN
Dibuat : 2006-02-09, dengan 0 file
Keyword : Modal bank, kredit
BISNIS INDONESIA DEPOK: Manajemen PT Bank Rakyat Indonesia memperkirakan penurutan bobot aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) oleh Bank Indonesia akhir Januari bakal mendongkrak rasio kecukupan modal bank itu hingga 20%.
Kenaikan ini sangat signifikan mengingat rasio kecukupan modal BRI saat ini berada pada level 16%."Kami perkirakan CAR akan meningkat sehingga kami tidak akan menambah modal tahun ini," ujar Dirut BRI, Sofyan Basir, usai meresmikan kantor cabang pembantu bank publik itu di Universitas Indonesia,kemarin. Pada 20 Januari, Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah regulasi relaksasi bagi perbankan di antaranya penyesuaian penurunan bobot risiko ATMR untuk kredit usaha kecil (KUK) menjadi 85%, kredit pemilikan rumah (KPR) 40%, dan kredit pegawai/atau pensiunan 50%.
Secara bisnis, perubahan penghitungan ATMR paling signifikan menguntungkan bank-bank dengan portofolio kredit usaha kecil dan kredit kepemilikan rumah besar. BRI memiliki protofolio kredit UMKM sebesar 87% dari total kredit sekitar Rp 75 triliun.
Dari jumlah tersebut, menurut Wakil Dirut BRI Wayan Alit Antara, total pembiayaan mikro hingga September 2005 mencapai Rp23,25 triliun atau 31% dari total pembiayaan. PT Bank Tabungan Negara, bank spesialis kredit perumahan, juga turut menerima berkah dari Paket Januari tersebut. Bank-bank lain sebenarnya juga mengalami hal serupa namun dalam skala yang lebih kecil. Sofyan memastikan, tidak akan merevisi target penyaluran kredit 2006. la optimis mampu mencapai pertumbuhan 15%-20%, lebih rendah dari target pada 2005 sebesar 25%. "Kami melihat tekanan kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik masih terjadi pada 2006." la memperkirakan, BRI mampu meraih laba lebih besar dari yang dicapai pada 2004 sebesar Rp3,6 triliun. Menurut Sofyan, selama 2005 BRI menghadapi sejumlah tantangan, antara lain penerbitan PBI 7/2/2005 mengenai Penyeragaman Kualitas Aktiva Produktif dan kebijakan mark to market yang menekan laba rugi BRI. "Tapi kami berhasil meraih laba di atas target," ujar Sofyan tanpa menyebutkanjumlah laba.
Sementara itu, Direktur Retail dan UMKM BRI, Vente Rahardjo mengatakan hingga Desember 2005, rasio kredit bermasalah (NPL) BRI diperkirakan di bawah 5%. "Kalau NPL kredit mikro hanya 1,8%," kata dia. Sementara total kredit yang dikucurkan BRI tumbuh mencapai 20% atau sekitar Rp 14 triliun.
..................................................................................
..................................................................................
BISNIS INDONESIA DEPOK: Manajemen PT Bank Rakyat Indonesia memperkirakan penurutan bobot aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) oleh Bank Indonesia akhir Januari bakal mendongkrak rasio kecukupan modal bank itu hingga 20%.
Kenaikan ini sangat signifikan mengingat rasio kecukupan modal BRI saat ini berada pada level 16%."Kami perkirakan CAR akan meningkat sehingga kami tidak akan menambah modal tahun ini," ujar Dirut BRI, Sofyan Basir, usai meresmikan kantor cabang pembantu bank publik itu di Universitas Indonesia,kemarin. Pada 20 Januari, Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah regulasi relaksasi bagi perbankan di antaranya penyesuaian penurunan bobot risiko ATMR untuk kredit usaha kecil (KUK) menjadi 85%, kredit pemilikan rumah (KPR) 40%, dan kredit pegawai/atau pensiunan 50%.
Secara bisnis, perubahan penghitungan ATMR paling signifikan menguntungkan bank-bank dengan portofolio kredit usaha kecil dan kredit kepemilikan rumah besar. BRI memiliki protofolio kredit UMKM sebesar 87% dari total kredit sekitar Rp 75 triliun.
Dari jumlah tersebut, menurut Wakil Dirut BRI Wayan Alit Antara, total pembiayaan mikro hingga September 2005 mencapai Rp23,25 triliun atau 31% dari total pembiayaan. PT Bank Tabungan Negara, bank spesialis kredit perumahan, juga turut menerima berkah dari Paket Januari tersebut. Bank-bank lain sebenarnya juga mengalami hal serupa namun dalam skala yang lebih kecil. Sofyan memastikan, tidak akan merevisi target penyaluran kredit 2006. la optimis mampu mencapai pertumbuhan 15%-20%, lebih rendah dari target pada 2005 sebesar 25%. "Kami melihat tekanan kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik masih terjadi pada 2006." la memperkirakan, BRI mampu meraih laba lebih besar dari yang dicapai pada 2004 sebesar Rp3,6 triliun. Menurut Sofyan, selama 2005 BRI menghadapi sejumlah tantangan, antara lain penerbitan PBI 7/2/2005 mengenai Penyeragaman Kualitas Aktiva Produktif dan kebijakan mark to market yang menekan laba rugi BRI. "Tapi kami berhasil meraih laba di atas target," ujar Sofyan tanpa menyebutkanjumlah laba.
Sementara itu, Direktur Retail dan UMKM BRI, Vente Rahardjo mengatakan hingga Desember 2005, rasio kredit bermasalah (NPL) BRI diperkirakan di bawah 5%. "Kalau NPL kredit mikro hanya 1,8%," kata dia. Sementara total kredit yang dikucurkan BRI tumbuh mencapai 20% atau sekitar Rp 14 triliun.
..................................................................................
..................................................................................
Beri Komentar ?#(0) | Bookmark
Properti | Nilai Properti |
---|---|
ID Publisher | JBPTPPOLBAN |
Organisasi | POLBAN |
Nama Kontak | Erlin Arvelina |
Alamat | Jl. Trsn. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga |
Kota | Bandung |
Daerah | Jawa Barat |
Negara | Indonesia |
Telepon | 022 201 3789 ext. 168, 169, 239 |
Fax | 022 201 3889 |
E-mail Administrator | erlin.arvelina@polban.ac.id |
E-mail CKO | erlin.arvelina@polban.ac.id |
Print ...
Kontributor...
- Editor: