Path: Top > Electronics Clipping > BISNIS DAN EKONOMI
BI Indikasikan Kenaikan NPL
Clipping from JBPTPPOLBAN / 2013-12-16 13:46:07
By : (TAV/JOE), POLBAN
Created : 2006-05-24, with 0 files
Keyword : nonperforming loan, ekspansi kredit
JAKARTA, KOMPAS - Bank Indonesia mengindikasikan kenaikan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) perbankan. Penyebabnya, tingginya suku bunga dan memburuknya kondisi makroekonomi yang terjadi sejak triwulan IV tahun 2005, yang kemudian berdampak pada menurunnya kinerja debitor dan rendahnya daya beli masyarakat.
"Mengenai adanya kenaikan NPL, kalau indikasi pertama yang waktu itu saya katakan terjadi pada kredit konsumer, yakni kredit motor, kredit mobil, dan kartu kredit. NPL-nya kan sudah meningkat, ya karena orang kan pendapatannya tetap atau malah turun," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Ch Fadjrijah, Selasa (23/5) di Jakarta. Dengan demikian, kalau punya kewajiban antara mencicil utang dan memenuhi kebutuhan pokok, salah satu harus dikorbankan.
Per Februari 2006, NPL gross (sebelum dikurangi pencadangan) perbankan menjadi 9,3 persen, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 8,7 persen. Adapun NPL neto (setelah dikurangi pencadangan) naik dari 5,1 persen menjadi 5,7 persen. Angka tersebut berada di atas ketentuan NPL minimum yang diwajibkan Bank Indonesia, yakni 5 persen.
Tingginya kredit tidak lancar itu membawa dampak buruk terhadap kinerja perbankan secara keseluruhan. Penyaluran kredit menjadi terhambat dan laba tergerus karena bank harus menyisihkan pencadangan. "Sebagai tindakan antisipasi, BI sudah meminta bank menambah provisi atau pencadangan," katanya.
Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Muliaman D Hadad mengakui, dalam tiga bulan terakhir, NPL perbankan sedikit mengalami kenaikan.
"Setelah kenaikan harga BBM, ada jeda waktu 3-6 bulan untuk penyesuaian. Nah, kami melihat hingga bulan depan rasio kredit bermasalah masih mengalami kenaikan meskipun porsinya hanya kecil," katanya.
Untuk itu, BI akan menggenjot perbankan melakukan ekspansi kredit. Pertumbuhan kredit semester dua diperkirakan akan meningkat sehingga rasio NPL diharapkan bisa ditekan.
Menurut Muliaman, selama semester I penyaluran kredit perbankan masih tersendat, sementara kredit bermasalah belum bisa dikurangi. Dengan demikian, rasio NPL masih sulit ditekan.***
JAKARTA, KOMPAS - Bank Indonesia mengindikasikan kenaikan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) perbankan. Penyebabnya, tingginya suku bunga dan memburuknya kondisi makroekonomi yang terjadi sejak triwulan IV tahun 2005, yang kemudian berdampak pada menurunnya kinerja debitor dan rendahnya daya beli masyarakat.
"Mengenai adanya kenaikan NPL, kalau indikasi pertama yang waktu itu saya katakan terjadi pada kredit konsumer, yakni kredit motor, kredit mobil, dan kartu kredit. NPL-nya kan sudah meningkat, ya karena orang kan pendapatannya tetap atau malah turun," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Ch Fadjrijah, Selasa (23/5) di Jakarta. Dengan demikian, kalau punya kewajiban antara mencicil utang dan memenuhi kebutuhan pokok, salah satu harus dikorbankan.
Per Februari 2006, NPL gross (sebelum dikurangi pencadangan) perbankan menjadi 9,3 persen, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 8,7 persen. Adapun NPL neto (setelah dikurangi pencadangan) naik dari 5,1 persen menjadi 5,7 persen. Angka tersebut berada di atas ketentuan NPL minimum yang diwajibkan Bank Indonesia, yakni 5 persen.
Tingginya kredit tidak lancar itu membawa dampak buruk terhadap kinerja perbankan secara keseluruhan. Penyaluran kredit menjadi terhambat dan laba tergerus karena bank harus menyisihkan pencadangan. "Sebagai tindakan antisipasi, BI sudah meminta bank menambah provisi atau pencadangan," katanya.
Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Muliaman D Hadad mengakui, dalam tiga bulan terakhir, NPL perbankan sedikit mengalami kenaikan.
"Setelah kenaikan harga BBM, ada jeda waktu 3-6 bulan untuk penyesuaian. Nah, kami melihat hingga bulan depan rasio kredit bermasalah masih mengalami kenaikan meskipun porsinya hanya kecil," katanya.
Untuk itu, BI akan menggenjot perbankan melakukan ekspansi kredit. Pertumbuhan kredit semester dua diperkirakan akan meningkat sehingga rasio NPL diharapkan bisa ditekan.
Menurut Muliaman, selama semester I penyaluran kredit perbankan masih tersendat, sementara kredit bermasalah belum bisa dikurangi. Dengan demikian, rasio NPL masih sulit ditekan.***
Property | Value |
---|---|
Publisher ID | JBPTPPOLBAN |
Organization | POLBAN |
Contact Name | Erlin Arvelina |
Address | Jl. Trsn. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga |
City | Bandung |
Region | Jawa Barat |
Country | Indonesia |
Phone | 022 201 3789 ext. 168, 169, 239 |
Fax | 022 201 3889 |
Administrator E-mail | erlin.arvelina@polban.ac.id |
CKO E-mail | erlin.arvelina@polban.ac.id |