Print ...

Kontributor...

  • Editor:

Path: Top > Electronics Clipping > ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI > KIMIA, LINGKUNGAN & ENERGI

Pengembangan Terkendala Harga Jual Kurang Kompetitif

KOMPAS, Selasa, 23 Mei 2006, Hal.13
Clipping from JBPTPPOLBAN / 2013-12-16 14:03:02
Oleh : (WSI), POLBAN
Dibuat : 2006-05-24, dengan 0 file

Keyword : produksi biodiesel, energi alternatif, solar nonsubsidi

JAKARTA, KOMPAS : Pengembangan biodiesel dari crude palm oil atau CPO terkendala harga yang masih sulit bersaing dengan solar bersubsidi. Harga baru akan kompetitif jika dibandingkan dengan harga solar nonsubsidi.



Menteri Negara Riset dan Teknologi Koesmayanto Kadiman mengatakan hal itu dalam pertemuannya dengan Komisi VII DPR, Senin (22/5).



Menurut Koesmayanto, harga jual produk B-10 hasil perhitungan Pertamina yang dipresentasikan Pertamina di Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rp4.436 per liter. Harga itu setelah memperhitungkan margin dan pajak. Sementara harga solar bersubsidi Rp4.300 per liter.



Langkah kemudian dilakukan adalah mengembangkan jarak pagar rakyat di lahan kritis dan lahan tak produktif. Hal ini diharapkan dapat menjadikan produksi biodiesel lebih murah. Selain itu, keringanan pajak juga perlu diberlakukan bagi pemakai biodiesel, khususnya sumber energi terbarukan.



Dengan dicanangkannya komersialisasi biodiesel 20 Mei lalu, Pertamina memerlukan pasokan biodiesel untuk konsumsi DKI sebesar 14 juta kiloliter per tahun.



Kemungkinan hambatan yang terjadi adalah terbatasnya pasokan biodiesel. Maka, diperlukan biodiesel dengan bahan baku biji jarak.



Telah dicanangkan pula aksi energi alternatif di bawah koordinasi Menko Perekonomian. Di antaranya, Kementerian Negara Riset dan Teknologi melalui BPPT akan membangun tiga pabrik biodiesel berkapasitas masing-masing 450 ton per tahun di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Jambi. Departemen Perindustrian akan membangun pabrik berkapasitas 4 x 6.000 ton/tahun, sementara Departemen Pertanian menyediakan lahan di 14 lokasi untuk ditanami jarak masing-masing seluas 120 hektar.



Selain mengembangkan energi alternatif nabati dari CPO dan biji jarak, Kementerian Negara Riset dan Teknologi juga mengembangkan bioetanol (gasohol).



Balai Besar Teknologi Pati (B2TP)-BPPT mampu memproduksi bioetanol technical grade 8.000 liter per hari yang dapat ditingkatkan menjadi 10.000 liter per hari.



Saat ini tengah dilakukan pula upgrade fasilitas agar mampu memproduksi Fluel Grade Ethanol (FGE) untuk dimanfaatkan sebagai pemasok FGE pada program penggunaan gasohol E-10 pada kendaraan bermotor. Fasilitas itu bisa dimanfaatkan oleh pabrik yang mampu mengolah bahan baku potensial, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan tetes.***

Deskripsi Alternatif :

JAKARTA, KOMPAS : Pengembangan biodiesel dari crude palm oil atau CPO terkendala harga yang masih sulit bersaing dengan solar bersubsidi. Harga baru akan kompetitif jika dibandingkan dengan harga solar nonsubsidi.



Menteri Negara Riset dan Teknologi Koesmayanto Kadiman mengatakan hal itu dalam pertemuannya dengan Komisi VII DPR, Senin (22/5).



Menurut Koesmayanto, harga jual produk B-10 hasil perhitungan Pertamina yang dipresentasikan Pertamina di Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rp4.436 per liter. Harga itu setelah memperhitungkan margin dan pajak. Sementara harga solar bersubsidi Rp4.300 per liter.



Langkah kemudian dilakukan adalah mengembangkan jarak pagar rakyat di lahan kritis dan lahan tak produktif. Hal ini diharapkan dapat menjadikan produksi biodiesel lebih murah. Selain itu, keringanan pajak juga perlu diberlakukan bagi pemakai biodiesel, khususnya sumber energi terbarukan.



Dengan dicanangkannya komersialisasi biodiesel 20 Mei lalu, Pertamina memerlukan pasokan biodiesel untuk konsumsi DKI sebesar 14 juta kiloliter per tahun.



Kemungkinan hambatan yang terjadi adalah terbatasnya pasokan biodiesel. Maka, diperlukan biodiesel dengan bahan baku biji jarak.



Telah dicanangkan pula aksi energi alternatif di bawah koordinasi Menko Perekonomian. Di antaranya, Kementerian Negara Riset dan Teknologi melalui BPPT akan membangun tiga pabrik biodiesel berkapasitas masing-masing 450 ton per tahun di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Jambi. Departemen Perindustrian akan membangun pabrik berkapasitas 4 x 6.000 ton/tahun, sementara Departemen Pertanian menyediakan lahan di 14 lokasi untuk ditanami jarak masing-masing seluas 120 hektar.



Selain mengembangkan energi alternatif nabati dari CPO dan biji jarak, Kementerian Negara Riset dan Teknologi juga mengembangkan bioetanol (gasohol).



Balai Besar Teknologi Pati (B2TP)-BPPT mampu memproduksi bioetanol technical grade 8.000 liter per hari yang dapat ditingkatkan menjadi 10.000 liter per hari.



Saat ini tengah dilakukan pula upgrade fasilitas agar mampu memproduksi Fluel Grade Ethanol (FGE) untuk dimanfaatkan sebagai pemasok FGE pada program penggunaan gasohol E-10 pada kendaraan bermotor. Fasilitas itu bisa dimanfaatkan oleh pabrik yang mampu mengolah bahan baku potensial, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan tetes.***

Beri Komentar ?#(0) | Bookmark

PropertiNilai Properti
ID PublisherJBPTPPOLBAN
OrganisasiPOLBAN
Nama KontakErlin Arvelina
AlamatJl. Trsn. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga
KotaBandung
DaerahJawa Barat
NegaraIndonesia
Telepon022 201 3789 ext. 168, 169, 239
Fax022 201 3889
E-mail Administratorerlin.arvelina@polban.ac.id
E-mail CKOerlin.arvelina@polban.ac.id